Analisis Maqasid al-Shariah Terhadap Pendapat Nasir Abdullah al-Maiman tentang Pernikahan Craniopagus

Authors

  • Achmad Adharul Jafari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
  • Darmawan Darmawan Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.15642/alqanun.2022.25.2.177-190

Abstract

Craniopagus marriage (conjoined twins attached to the head) provokes a problem in marriage and household relations. It is where two siblings should be in a relationship with each partner, with their respective rights and obligations limited by the conjoined twins. Nasir 'Abdullah al-Maiman examines this in his profound judgment on marriage law. From his thought came out the statement that this Craniopagus marriage could still be carried out provided that all the conditions and pillars of the marriage were perfected because as long as both were fulfilled, the marriage remained valid. Even though they are physically limited (in this case, when conjoined twins carry out their obligations as husband and wife, for example, when providing sexual services). But Nasir still gave additional special conditions, namely maintaining aurot and things that were not permissible for his conjoined twins if another sibling had a conjugal relationship with the husband/wife. The study of maqasid al-shari'ah also supports this opinion that humans have the right to protect their offspring by applying hifz al-nasl (Protecting offspring).

 

Abstrak: Pernikahan Craniopagus (kembar siam dempet di kepala) merupakan sebuah permasalahan dalam jalinan pernikahan dan ke-rumahtangga-an, bagaimana tidak, dua orang saudara yang seharusnya menjalin hubungan dengan masing-masing pasangan dengan hak dan kewajiban masing-masing dibatasi dengan dempetnya kembar siam, hal inilah yang dikaji oleh Nasir ‘Abdullah al-Maiman dalam menghukumi lebih dalam tetang hukum pernikahannya. Dari sebuah pemikirannya keluarlah statemen bahwa pernikahan Craniopagus ini tetap boleh dilaksanakan dengan catatan semua syarat dan rukun pernikahannya tetap disempurnakan, karena selama keduanya terpenuhi maka nikah tetap sah. Walaupun dengan fisik terbatas (dalam hal ini ketika kembar siam melaksanakan kewajibannya sebagai suami maupun istri, misal ketika memberi pelayanan seksualitas). Tetapi Nasir tetap memberi tambahan syarat khusus yakni tetap menjaga aurot dan hal yang tidak diperbolehkan bagi si saudara kembar siamnya apabila saudara yang lainnya melakukan hubungan suami istri dengan sang suami/istrinya. Pendapat ini juga didukung dengan kajian maqasid al-shari’ah bahwa manusia mempunyai hak untuk dijaga kelangsungan keturunannya sebagai aplikasi dari hifz al-nasl (Menjaga keturunan).  

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdurrahman, Abdullah bin. Syarah Bulughul Maram. Translated by Thahirin Saputra. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Admin. “Al-A’daal-‘Amilun Fi al-Jam’Iyyah.” Al-Jam’iyyah al-Fiqhiyyah al-Su’udiyyah, n.d. http://www.alfiqhia.org.sa/page.php?do=show&action=amela.html.

Al-Zuhaily, Wahbah. Al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuh. 2. Damaskus: Dar al-Fikr, 1985.

———. Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh. 7. Damaskus: Dar al-Fikr, 1985.

Anwar, Khoirul. Konsep Maqasid al-shari’ah Menurut Ibnu Rusyd. Semarang: LPPM UIN Walisongo, 2014.

Badawy, Yusuf Muhammad al-. Maqasid Al-Shari’ah ’inda Ibn Taimiyyah. Azdan: Dar al-Nafais, 2000.

Effendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Holis. “Taqliddan Ijtihaddalam Lintasan Sejarah Perkembangan Hukum Islam.” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 22, no. 1 (June 2019).

Indra. “Maqasid Asy-Syari’ah Menurut Muhammad At-Tahir Bin ‘Asyur.” Tesis, UIN Sumatera Utara, 2016.

Jughaim, Nu’man. Turuq Al-Kashfi ‘an Maqasid al-Shari’Ah. Yordania: Dar Alnafaes, 2014.

Junaidy, Abdul Basith. “Menimbang MaslahahSebagai Dasar Penetapan Hukum(Kajian Terhadap Pemikiran Muhammad Abu Zahrah).” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 18, no. 2 (Desember 2015).

Maiman, Nasir bin ‘Abdullah al-. Al-Ahkam al-Fiqhiyyah al-Muta’alliqah Bi al-Tawaum al-Multasiqah. Makkah: Rabitah al-‘Alam al-Islamy, 2010.

Manzur, Ibn al-. Lisan Al-’Arab. 5. Kairo: Dar al-Ma’arif, n.d.

Maskur, Ahmad, and Abdul Kholiq Syafa’at. “Analisis Maslahah Al-Mursalahterhadap HukumPencatatan Perkawinan Di Indonesia.” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 19, no. 2 (Desember 2016).

Mas’udi. “Al-Dirosati Wa al-Buhuth al-Ustadz al-Duktur Nasir al-Maiman.” Accessed January 19, 2021. http://www.ahbab-taiba.com/vb/showthread.php?t=21888.html.

Raisuny, Ahmad al-. Nazariyyah Al-Maqasid ‘inda al-Shatiby. Rabat: Dar al-Aman, 1991.

Rifqi, Muhammad Jazil. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Nikah Siri.” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 23, no. 2 (Desember 2020).

Saifuddin, Abdul Bari. Kamus Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993.

Shatiby, Abu Ishaq Ibrahim ibn Musa al-. Al-Muwafaqat. 2. Riyad: Dar Ibn al-Qoyyim, 2006.

Suhayli, Muhammad Amin. Qa’idah Dar’u al-Mafasid Awla Min Jalb al-Masalih Dirasah Tahliliyyah. Mesir: Dar al-Salam, 2010.

Supriyadi, Imam. “Relevansi Pemikiran Hukum Prof. Dr. Sjechul Hadi Permono, SH., MA.Tentang Zakat.” Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 22, no. 2 (Desember 2019).

Thahir, Halil. Ijtihad Maqasidi Rekronstruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas Maslahah. Yogyakarta: LKiS, 2015.

Umar, Hasbi. Nalar Fiqh Kontemporer. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Zakaria, Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin. Mu’jam Maqayis al-Lughah. Vol. 3. Beirut: Dar al-Fikr, n.d.

Downloads

Published

2022-12-20

How to Cite

Jafari, Achmad Adharul, and Darmawan Darmawan. 2022. “Analisis Maqasid Al-Shariah Terhadap Pendapat Nasir Abdullah Al-Maiman Tentang Pernikahan Craniopagus”. Al-Qanun: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 25 (2):177-90. https://doi.org/10.15642/alqanun.2022.25.2.177-190.